Cuaca..


03.00

Aku dibangunkan oleh alarm.. Yah, memang alarm ini sengaja kusiapkan setiap malamnya, agar aku bisa berkomunikasi  lebih dekat dengan Tuhan..

Yah, hubungan kepada Tuhan itu sangat penting selain hubungan terhadap manusia..

Karena, memang Tuhan-lah yang paling mengerti akan kebutuhan ciptaannya..

Yah, karena manusia punya batasan akan sikap pengertian, tapi Tuhan tidak.. Tuhan selalu mengerti kita.

Seperti, contohnya sekarang ini..

Tidak biasanya aku terbangun sekarang, disaat waktu malam hampir habis dan akan berganti dengan terang..

Tapi, memang benar aku sangat butuh bantuan Tuhan disini, Aku selalu percaya bahwa Tuhan  selalu punya rencana. Dan aku sangat mengerti bahwa apapun rencana Tuhan, kalau kita bisa melihat hal baik dari itu akan menjadikan hidup kita lebih baik.

Cuma sebagai manusia, terkadang kita pernah egois, berpikir bahwa apa yang direncanakan Tuhan itu tidak adil. Yah, seperti "Kita pernah berharap akan sesuatu, dan ternyata itu tidak kunjung hadir. Dan, ketika kita tidak mengharapkannya, ternyata itu hadir lewat cara yang tidak terduga sama sekali".

Yah, tapi tidak lama setelah Aku terbangun. Hujan deras mengguyur sebagian kota ini. Lalu, seketika yang kuingat ketika hujan turun adalah 'Jemuranku' jengjeng..jeng jeng... Sengaja biar horor.

Dan ketika aku mencoba lari keatas rumahku dan keluar ke balkon. Ternyata jemuran itu sudah diangkat oleh adikku. "Yah, terkadang ketika kita  mencoba menjaga sesuatu, dan itu hilang. Percayalah, kalau itu akan digantikan oleh sesuatu keputusan yang lebih baik. Dan itu terjadi berkat adanya campur tangan Tuhan". Yah, sama seperti ini, padahal aku tidak memberitahu adikku untuk mengangkat pakaian jemuranku, tapi Tuhan ternyata memberikan inisiatif dia untuk mengangkatnya dan melindunginya.

Setelah itu, diluar balkon aku melihat bahwa hujan turun dengan lebatnya. Diriku yang sekarang ingin sekali sebenarnya pergi kesana, hanya sekedar untuk menengadahkan wajah ke angkasa, menikmati setiap tetes hujan yang jatuh menimpa wajah, membasahi tubuh,  menghirup aroma petrichor tanah kering yang terkena hujan, yang sebenarnya tidak wangi sama sekali tapi cukup untuk membuat tenang. Dan membiarkan semua kenangan memudar, memuai, menjadi udara yang mungkin bisa dihirup oleh seseorang yang lebih baik diluar sana.

Hujan memang memiliki banyak makna.

Tapi.. Akh, sudahlah...

Aku bukan Pak Djoko Sapardi yang pintar merepresentasikan hujan dalam bentuk sastra. Yah, lucunya. Tuhan selalu bisa menggambarkan perasaanku lewat cuaca. Dan, itu selalu berhasil. Seperti hujan ini, hujan yang sementara, hujan yang selama ini pernah kulewati, hujan yang aku tahu akan berhenti pada waktunya, dan akan berganti dengan cuaca cerah.

"Yah, Aku selesai disini.."

Seiring dengan hujan yang berhenti untuk menghempaskan dirinya ke bumi. Perasaan ini pun sudah berubah bentuknya, itu masih ada. Walaupun tidak terlihat nyata.

"Yah, aku percaya pada rencanamu, Tuhan.."

Meskipun..
Sebenarnya, aku berharap Badai itu akan datang lagi.
Walaupun Aku tahu, Badai pasti berlalu..

#Nowplaying
Efek Rumah Kaca-Desember

"Sampai nanti ketika.. hujan tak lagi
Meneteskan.. duka, meretas luka..
Sampai hujan memulih..kan, luka.
Aku.. selalu suka seha..bis hujan dibulan desember..
Di bulan desember.."

Azi,

Pelajar Lepas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Langit Pt. II

Happy Hakteknas

Masakini